Rumah lelaki bukanlah hati yang tak terbagi, bagi lelaki kehidupan bermakna sejuta suka tanpa berharap duka. Bila duka menerpa ia terus mencari suka meski hampa. Bila suka tiba ia akan tertawa tanpa mengenang suka yang lalu menikam. Ia hanya terus berfikir demi wujudkan angan, karena angan adalah awal kebahagiaannya.
Darah lelaki mendidih saat menatap keindahan, darah lelaki kecut saat tertimpa ketakutan, darah menjadi bias saat tak bisa ungkapkan perasaan. Dua matanya belum mengartikan seluruh jiwa, kata-kata belum memaknai batin di balik sukma.
Lelaki bukan mutiara, tapi batu yang kokoh, lelaki bukan bayangan, tapi cahayanya, memahami lelaki berarti sanggup menetesi air di nadi batu, sanggup menjadi bayangan yang terus menapak jejak meski redup tanpa bentuk.
Kamis, 17 Januari 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar